Selasa, 29 Januari 2013

SISTEM SANKSI DALAM HUKUM PIDANA



JUDUL                   :               SISTEM SANKSI DALAM HUKUM PIDANA
PENGARANG       :               DR.M. SHOLEHUDDIN,S.H.,M.H.
PENERBIT            :               PT RAJAGRAFINDO PERSADA
DAFTAR ISI
BAB I     PENDAHULUAN
A.      Latar belakang studi
B.      Fokus masalah
C.      Tujuan
D.      Kerangka pemikiran
BAB II    IDE DASAR DOUBLE TRACK SYSTEM : SANKSI PIDANA DAN TINDAKAN SEBAGAI SISTEM PEMIDANAAN 
A.      Ide dasar Double Track system
B.      Perbedaan sanksi pidana dan sanksi tindakan
C.      Sanksi pidana dan tindakan sebagai system pemidanaan
D.      Diskursus tentang pemidanaan
E.       Beberapa perspektif filsafat tentang pemidanaan
F.       Hubungan penetapan sanksi dengan tujuan pemidanaan
BAB  III  IMPLEMENTASI IDE DASAR DOUBLE TRACK SYSTEM DALAM KEBIJAKAN LEGISLASI
A.      Pemahaman legislator Tentang hakikat ,tujuan serta fungsi sanksi pidana dan tindakan
B.      Konsistensi ‘ide dasar’ pembedaan jenis sanksi pidana  dan tindakan dengan implementasinya dalam kebijakan legislasi
C.      Kedudukan sanksi pidana dan tindakan dalam system pemidanaan menurut perundang – undangan (kebijakan legislasi)selama ini
BAB IV  REORIENTASI DAN REFORMULASI KEBIJAKAN LEGISLASI DALAM MENGIMPLEMENTASIKAN IDE
                DASARDOUBLE TRACK SYSTEM
A.      Sanksi pidana dan sanksi tindakan dalam produk kebijakan legislasi ; sebuah evaluasi
B.      Reorientasi dan reformulasi penetapan sanksi pidana dan sanksi tindakan ,sebuah usulan
C.      Pola pemidanaan sebagai model dan pedoman dalam proses kebijakan legislasi
BAB V    RANGKUMAN PEMIKIRAN DAN ANALISIS
A.      Keterpaduan kerangka pemikiran
B.      Pokok- pokok Hasil studi
C.      Implikasi dan kontribusi Hasil studi

RANGKAIAN SARI KULIAH HUKUM PIDANA II



JUDUL                   :               Rangkaian sari kuliah HUKUM PIDANA II
PENGARANG     :               mr. Drs E  UTRECHT
PENERBIT            :               Pustaka tinta mas


DAFTAR ISI
3.BAB.1                Turut – Serta
4.BAB .11. Gabungan
5.Bab.111. Gugurnya Hak menuntut dan Gugurnya Hukuman
6.Bab.  IV.  Delik aduan
7. Bab.  V.   Hukum PENITENSIER

PELAJARAN HUKUM PIDANA 3



JUDUL                   :               PELAJARAN HUKUM PIDANA 3
PENGARANG     :               DRS. ADAMI CHAZAWI, S.H.
PENERBIT            :               PT RAJA GRAFINDO PERSADA
                                            DAFTAR ISI
BAB I.    PERCOBAAN KEJAHATAN
A.      Perlunya percobaan kejahatan pidana
B.      Syarat dipidananya pembuat percobaan kejahatan
1.       Adanya niat (voornemen )
2.       Adanya permulaan pelaksanaan (Begin van uitvoering)
3.       Arti pelaksanaan tidak selesaibukan sebab dari kehendaknya sendiri
C.      Perbuatan – perbuatan yang seolah-olah atau mirif percobaan
1.       Ondeugdelijeke poging
2.       Mangel am Tatbestand
3.       Putatif Delict
4.       Percobaan selesai ,percobaan tertunda,dan cobaan yang di kualifisir
D.      Percobaan pada penyertaan dan penyertaan pada percobaan
BAB 2.   PENYERTAAN DALAM TINDAK PIDANA
A.      Perlunya penyertaan dipidana
B.      System pembebanan tanggungjawab pada penyertaan
C.      Bentuk-Bentuk penyertaan
1.       Mereka yang melakukan (pembuat pelaksana :pleger)
2.       Mereka yang menyuruh melakukan (pembuat penyuruh:doen pleger)
3.       Mereka yang turut serta melakukan (pembuat peserta:medepleger)
4.       Orang yang sengaja menganjurkan (pembuat penganjur:uitlokker)
5.       Pembantuan
D.      Penyertaan mutlak
E.       Penyertaan dalam tindak pidana dengan menggunakan sarana percetakan
F.       Penyertaan pada bunuh diri


PELAJARAN HUKUM PIDANA 2

 JUDUL                       :           PELAJARAN HUKUM PIDANA 2

PENGARANG            :           DRS. ADAMI CHAZAWI, S.H.
PENERBIT                 :          PT RAJAGRAFINDO PERSADA  
  
                                                DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
BAB I     PENAFSIRAN DALAM HUKUM PIDANA
A.      Pentingnya Penafsiran dalam Hukum  Pidana
B.      Macam-macam Penafsiran Dalam Hukum pidana
BAB II    DASAR-DASAR YANG MENYEBABKAN TIDAK DIPIDANANYA SI PEMBUAT
A.      Dasar peniadaan pidana dalam undang- undang  yang bersifat
a.       Tidak dapat dipertanggungjawabkan karena jiwa cacat dalam pertumbuhanya ,dan jiwa terganggu karena penyakit
b.      Daya paksa (overmacht)
c.       Pembelaan terpaksa (noodweer)
d.      Pembelaan terpaksa yang melampaui batas (noodweer eexces)
e.      Menjalaankan perintah undang-undang (wettelijk voorschrift)
f.        Menjalankan perintah jabatan (Ambtlijk voorschrift)
g.       Menjalankan perintah jabatan yang tidak sah dengan iktikad baik
B.      Dasar peniadaan pidana diluar undang-undang
1.       Kehilangan sifat Melawan Hukum dari perbuatan (secara materiil dalam fungsinya yang negatif)
2.       Dasar Peniadaan Pidana karena ketiadaan unsure kesalahaan pada si pembuat
BAB III   Dasar-dasar yang menyebabkan Diperberatnya pidana
A.      Dasar pemberatan pidana umum
1.Dasar pemberatan pidana karena jabatan
        a.  Melanggar suatu kewajiban Khusus dari jabatan
        b. Melakukan tindak pidana dengan  menggunakan kekuasaan jabatan
        c. Melakukan dengan tindak Pidana dengan menggunakan kesempatan dari  jabatan
        Melakukan tindak pidana dengan menggunakan sarana Jabatan
3.       Dasarpemberatan pidana dengan menggunakan sarana bendera kebangsaan
3.Dasar pemberatan pidana karena pengulangan (Recidive)
                B.            Dasar pemberatan pidana khusus
BAB IV DASAR-DASAR PERINGANYA PIDANA BAGI PEMBUAT
A.      Dasar dasar yang menyebabkan di peringanya pidana umum
1.       Menurut KUHPBelum Berumur 16 Tahun
2.       Menurut UU No. 3 Tahun 1997: anak yang umurnya telah mencapai  8 Tahun tetapi Belum 18 Tahun  dan belum pernah kawin
3.       Perihal percobaan kejahaatan dan pembantuan kejahatan
B.dasar-dasar yang menyebabkan diperinganya pidana khusus
BAB V  PERBARENGAN TINDAK PIDANA(CONCURSUS ATAU SAMENLOOPE)
A.      Pengertian perbarengan tindak pidana
B.      Perbarengan peraturan (concursus idealis atau eendaadse samenloop)
C.      Perbuatan berlanjut (voortgezeette handeling)
D.      Perbarengan perbuatan (concursus realis atau meerdaadse samenloop)
BAB  VI HAL-HAL YANG MENYEBABKAN HAPUSNYA HAK NEGARA UNTUK MUNUNTUT PIDANA DAN MENJALANKAN PIDANA
A.      Hapusnya hak nwgara untuk menuntut pidana
1.       Perbuatan yang telah diputus dengan putusan yang telah menjadi tetap
2.       Sebab meninggalnya pembuat
3.       Sebab telah lampau waktu waktu atau kadaluarsa(verjaring)
4.       Sebab penyelesaian di luar pengadilan (Afkoop)
5.       Sebab amnesty dan aborsi
B.hapusnya hak Negara untuk menjalankan pidana
                                1. Sebab meninggalnya terpidana
                                2. sebab kadaluarsa
                                3. sebab pemberian grasi
BAB VII MENGAJUKAN DAN MENARIK PENGADUAN DALAM HAL KEJAHATAAN ADUAN
A.      Hak mengajukan pengaduan
B.      Menarik pengaduan
BAB VIII                  AJARAN KAUSALITAS
A.      Pentingnya ajaran kausalitas
B.      Macam – Macam ajaran kausalitas
1.       Teori  Qonditio sine Qua non
2.       Teori –teori yang mengindividualisir
3.       Teori- teori yang Menggeneralisir
Ajaran kausalitas dalam Hal perbuatan pasif 






PELAJARAN HUKUM PIDANA



Bagian 1               :               PELAJARAN HUKUM PIDANA
Pengarang            :               DRs. ADAMI CHAZAWI , S.H.
PENERBIT          :               PT RAJAGRAPINDO PERSADA
DAFTAR ISI
BAB I     PENDAHULUAN
A.      Pengertian hukum pidana
B.      Pembagian  Hukum pidana
C.      Fungsi hukum pidana
D.      Ilmu hukum pidana
Bab II     STELSEL PIDANA
A.      Pengertian pidana
B.      Jenis-jenis pidana
C.      Penjatuhan pidanadengan bersyarat
BAB III   TINDAK PIDANA
A.      Istilah dan pengertian
B.      Unsur-unsur Tindak pidana
C.      Cara merumuskam tindak pidana
D.      Jenis-jenis Tindak pidana
E.       Waktu dan tempat tindak pidana
F.       Kemampuan bertanggung jawab
BABIV   TEORI – TEORI PEMIDANAAN
A.      Pentingnya teori pemidanaan
B.      Teori absolute
C.      Teori relative atau teori tujuan
D.      Teori gabungan
BAB V    RUANG LINGKUP  BERLAKUNYA HUKUM PIDANA
A.      Batas Berlakunya Hukum Pidana menurut waktu
B.      Batas berlakunya hukum pidana Menurut tempat dan orang